Rusa Bawean (Axis kuhlii), juga dikenal sebagai Bawean deer atau Kuhl's deer, adalah spesies rusa yang endemik di Pulau Bawean, yang terletak di Laut Jawa, Indonesia. Rusa ini memiliki status konservasi yang kritis karena populasinya yang sangat terbatas dan terancam oleh berbagai faktor, termasuk hilangnya habitat dan perburuan. Artikel ini akan membahas ciri-ciri fisik, habitat, perilaku, status konservasi, dan upaya perlindungan rusa Bawean.
Rusa Bawean adalah rusa berukuran kecil dengan panjang tubuh sekitar 140 cm dan tinggi bahu sekitar 60-70 cm. Berat tubuhnya berkisar antara 50-60 kg. Rusa ini memiliki warna bulu coklat kemerahan dengan bercak putih di bagian tenggorokan, dada, perut, dan bagian dalam kaki. Jantan memiliki tanduk yang relatif pendek, bercabang tiga, yang biasanya tumbuh sepanjang 25-30 cm. Betina biasanya tidak memiliki tanduk dan ukurannya sedikit lebih kecil daripada jantan.
Rusa Bawean hanya ditemukan di Pulau Bawean yang memiliki luas sekitar 200 km². Habitat alaminya meliputi hutan sekunder, hutan bambu, dan padang rumput yang tersebar di sekitar pulau. Rusa ini lebih menyukai daerah dengan vegetasi yang lebat yang menyediakan tempat berlindung dan makanan yang melimpah. Populasinya sangat terbatas karena wilayah persebarannya yang sempit, membuatnya rentan terhadap perubahan lingkungan.
Rusa Bawean adalah hewan nokturnal yang aktif terutama pada malam hari. Mereka biasanya hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 individu, meskipun jantan dewasa sering terlihat menyendiri. Makanan utama rusa Bawean terdiri dari berbagai jenis tumbuhan, termasuk rumput, daun, buah, dan tunas tanaman. Mereka memiliki kebiasaan merumput di padang rumput terbuka pada malam hari dan beristirahat di daerah yang lebih terlindung selama siang hari.
Musim kawin rusa Bawean terjadi pada akhir musim hujan, sekitar bulan Februari hingga April. Betina biasanya melahirkan satu anak setelah masa kehamilan sekitar 7 bulan. Anak rusa yang baru lahir memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya yang membantu kamuflase dari predator. Anak rusa akan menyusu selama beberapa bulan sebelum mulai makan makanan padat, dan mereka akan tetap bersama induknya hingga siap untuk hidup mandiri.
Rusa Bawean terdaftar sebagai spesies yang terancam kritis oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasinya diperkirakan kurang dari 250 individu dewasa yang tersebar di Pulau Bawean. Ancaman utama bagi keberlangsungan hidup rusa Bawean adalah hilangnya habitat akibat deforestasi, perburuan ilegal, dan perubahan penggunaan lahan. Perburuan juga menjadi ancaman signifikan, meskipun telah ada upaya untuk mengurangi aktivitas tersebut melalui penegakan hukum dan pendidikan masyarakat.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk melindungi rusa Bawean dari kepunahan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Pulau Bawean sebagai kawasan konservasi dengan beberapa area yang dilindungi secara khusus. Program penangkaran ex-situ juga sedang dilakukan untuk meningkatkan populasi rusa Bawean di penangkaran dengan harapan dapat melepasliarkan mereka kembali ke alam. Organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal juga berperan aktif dalam program-program edukasi dan penyadaran tentang pentingnya pelestarian rusa Bawean.
Rusa Bawean adalah salah satu spesies endemik Indonesia yang memiliki nilai ekologis dan konservasi yang tinggi. Keberadaannya yang terbatas di Pulau Bawean membuatnya sangat rentan terhadap ancaman eksternal, sehingga perlindungan dan upaya pelestariannya memerlukan perhatian dan kerjasama dari berbagai pihak. Melalui upaya konservasi yang berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa rusa Bawean tetap menjadi bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia untuk generasi yang akan datang.