Perang Sisilia adalah salah satu episode kunci dalam Perang Peloponnesos yang terjadi antara tahun 415–413 SM. Konflik ini adalah usaha ambisius oleh Athena untuk memperluas kekuasaannya ke pulau Sisilia, yang akhirnya berujung pada kekalahan besar bagi Athena dan merupakan salah satu faktor penting dalam kemunduran kekuatan Athena di dunia Yunani kuno.
Perang Sisilia adalah bagian dari Perang Peloponnesos, perang panjang antara dua negara-kota besar Yunani, yaitu Athena dan Sparta, beserta sekutu-sekutu mereka. Pada saat Perang Sisilia dimulai, Perang Peloponnesos telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Athena, dengan kekuatan maritimnya yang dominan, mencari cara untuk memperluas pengaruhnya dan mengalahkan Sparta, yang memiliki kekuatan darat yang kuat.
Pulau Sisilia, yang terletak di Laut Mediterania, memiliki sejumlah negara-kota Yunani yang kaya, terutama Syracuse, yang merupakan kota paling kuat di pulau itu. Kontrol atas Sisilia akan memberi Athena sumber daya baru, seperti biji-bijian dan akses strategis ke Laut Mediterania bagian barat. Selain itu, Athena berharap bisa menghalangi Syracuse dan sekutu-sekutunya memberikan dukungan kepada Sparta.
Pada 415 SM, kota Segesta di Sisilia meminta bantuan Athena dalam konflik mereka melawan Syracuse. Melihat ini sebagai peluang untuk memperluas pengaruhnya di Sisilia, Athena menyetujui ekspedisi besar-besaran ke pulau itu.
Ekspedisi ini adalah salah satu kampanye militer terbesar yang pernah dilakukan oleh Athena. Dipimpin oleh tiga jenderal: Nicias, yang menentang ekspedisi, Alcibiades, yang merupakan pendukung kuat rencana tersebut, dan Lamachus, Athena mengirimkan lebih dari 130 kapal trireme dan sekitar 27.000 tentara ke Sisilia.
Namun, sebelum ekspedisi dimulai, terjadi insiden terkenal di Athena: perusakan hermai, patung dewa Hermes yang ditempatkan di sekitar kota. Insiden ini dianggap sebagai pertanda buruk, dan Alcibiades, salah satu jenderal, dituduh terlibat dalam perusakan tersebut. Alcibiades dipanggil kembali ke Athena untuk diadili, tetapi ia melarikan diri ke Sparta dan mengkhianati Athena dengan memberikan informasi strategi kepada musuhnya.
Dengan kepergian Alcibiades, Nicias yang awalnya menentang ekspedisi akhirnya mengambil alih komando. Namun, ia tidak memiliki semangat atau keyakinan yang kuat dalam misi ini, yang berujung pada lemahnya koordinasi militer di pihak Athena.
Ketika pasukan Athena tiba di Sisilia, mereka segera menemukan bahwa Syracuse lebih kuat dari yang mereka perkirakan. Athena berusaha mengepung kota, tetapi mereka menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Syracuse, yang dipimpin oleh jenderal Gylippus dari Sparta, yang dikirim untuk membantu pertahanan Syracuse.
Pertempuran darat dan laut terjadi selama dua tahun, tetapi Athena gagal membuat kemajuan yang signifikan. Kondisi semakin memburuk bagi Athena ketika armada tambahan yang dikirim untuk memperkuat pasukan mereka juga dihancurkan oleh Syracuse dan sekutu-sekutunya.
Pada akhirnya, seluruh ekspedisi Athena ke Sisilia runtuh. Pasukan darat mereka dihancurkan, dan kapal-kapal mereka ditangkap atau dihancurkan di perairan sekitar Syracuse. Nicias dan jenderal lainnya dieksekusi, dan hanya sedikit dari ribuan prajurit Athena yang selamat dari bencana militer ini.
Kekalahan Athena di Sisilia adalah salah satu titik balik terpenting dalam Perang Peloponnesos. Ekspedisi tersebut tidak hanya menghancurkan armada dan tentara Athena, tetapi juga mengguncang moral dan politik internal Athena. Kekalahan ini membuat sekutu-sekutu Athena ragu dan memicu pemberontakan di antara beberapa negara-kota yang sebelumnya mendukung Athena.
Selain itu, kekalahan ini memberikan keuntungan besar bagi Sparta, yang setelah itu mendapat dukungan dari Persia untuk memperkuat armada mereka dan melanjutkan tekanan terhadap Athena. Kekalahan di Sisilia mempercepat jatuhnya Athena dalam beberapa tahun kemudian, yang akhirnya berujung pada kekalahan total Athena pada 404 SM dalam Perang Peloponnesos.
Ekspedisi Athena ke Sisilia sering kali dijadikan sebagai contoh dari kesalahan strategis dalam sejarah militer. Ambisi Athena untuk memperluas kekuasaannya terlalu besar, dan mereka gagal memahami kekuatan serta situasi politik di Sisilia. Mereka juga meremehkan ketahanan Syracuse dan kemampuan Sparta untuk memberikan bantuan. Selain itu, ketidakpastian di antara pemimpin Athena, terutama Nicias yang tidak sepenuhnya mendukung ekspedisi, turut berkontribusi pada kekalahan ini.
Kekalahan ini mengajarkan pentingnya perencanaan strategis yang matang, memahami kekuatan musuh, serta pentingnya persatuan di antara para pemimpin dalam menghadapi tantangan militer.
Perang Sisilia adalah salah satu kampanye militer terbesar dan paling tragis dalam sejarah Yunani kuno. Keberanian dan ambisi Athena untuk menaklukkan Sisilia akhirnya berbalik menjadi bencana yang menghancurkan kekuatan mereka. Kekalahan ini menjadi titik balik yang menentukan dalam Perang Peloponnesos dan berkontribusi pada kemunduran Athena sebagai kekuatan dominan di dunia Yunani.