ampung Madras, dahulu dikenal sebagai Kampung Keling, adalah enklave etnis bersejarah seluas sekitar 10 hektare di Kota Medan menyuguhkan keindahan budaya India Selatan yang kental dan harmonis di tengah kota modern.
Kawasan ini mulai berkembang pada abad ke-19, saat pemerintah kolonial Belanda memindahkan pekerja Tamil dari India ke Sumatera untuk bekerja di perkebunan tembakau dan infrastruktur. Pekerja tersebut menetap di area yang dulu disebut Patisah kemudian berkembang menjadi Petisah, dan kini Kampung Madras.Nama “Madras” merujuk pada Chennai ibu kota Tamil Nadu sebagai bentuk pengakuan terhadap akar budaya komunitas tersebut. Meski awalnya dikenal sebagai Kampung Keling (istilah kini dihindari karena konotasi sensitif), komunitas berhasil merebut kembali identitas kulturalnya dengan bangga .
Kampung Madras memikat dengan ragam rumah ibadah berdampingan:
- Kuil Shri Mariamman (1884): kuil Hindu tertua di Medan, menampilkan arsitektur Dravidian lengkap patung Dewa Ganesha dan Murugan.
- Kuil-kuil lainnya: Kaliamman dan Maha Muniswarar menambah keragaman spiritual kawasan .
- Masjid Ghaudiyah & Masjid Jami: masjid berornamen khas India Selatan, wakil komunitas Muslim India.
- Gurdwara Sikh dan kelenteng Buddha: menegaskan multikulturalisme Parah.
Deretan tempat ibadah ini menampilkan toleransi dan kedamaian komunitas lokal yang nyaris tak tertandingi.
Kampung Madras hidup penuh warna saat perayaan besar:
Diwali/Deepavali (Oktober–November): Festival Cahaya dirayakan selama lima hari berturut-turut.
Thaipusam dan Pongal: ritual Tamil yang semarak, melibatkan prosesi jalan kaki dan karya seni ukiran budaya.
Pengunjung turut disambut dengan deretan lampu, ornamen costume tradisional, dan nuansa Bollywood yang meriah .
Jalanan kampung dipenuhi toko sari, rempah-rempah, cenderamata, dan toko emas. Kuliner legendaris seperti nasi briyani, martabak kari, roti canai, dosa, tandoori, hingga teh tarik menambah kekayaan rasa lokal. Warung-warung kuliner lokal ini menyajikan cita rasa otentik lebih dari sekadar makanan, tapi pengalaman budaya yang nikmat dan otentik.
Meski mayoritas beragama Hindu, Kampung Madras juga dihuni oleh Muslim, Sikh, Buddha, dan Kristen. Mereka hidup berdampingan saling menghormati ikut merayakan festival satu sama lain dan menjaga konflik tetap rendah. Gotong royong, perayaan lintas agama, dan toleransi adalah fondasi kuat kehidupan sosial kampung ini yang memberikan contoh bagi masyarakat urban.
Jalan santai santai melalui Jalan Zainul Arifin dan Jalan Kebun Bunga memberi kesempatan melihat arsitektur India Selatan, deretan toko sari dan rempah, serta galeri spiritual.
Foto Instagramable tersedia di gapura “Welcome to Little India”, patung-patung kuil kayu berwarna cerah, warna sari di jalanan, dan masjid bergaya dravidian.
Ikuti festival lokal, seperti Diwali atau Thaipusam, untuk menyaksikan warna budaya yang hidup dan atmosfer kebersamaan komunitas pengalaman spiritual dan budaya yang menakjubkan.
Kesimpulan
Kampung Madras adalah mahakarya multikultural di Medan Little India yang menonjol karena keindahan arsitektur Dravidian, kuliner autentik, festival penuh warna, dan keharmonisan sosial antarumat beragama. Satu tempat unik di Medan yang menawarkan pembelajaran budaya, rasa, dan estetika yang kuat. Tempat ini wajib dikunjungi untuk siapa pun yang ingin mengeksplorasi Medan lebih jauh bukan sekadar kota modern, tapi juga rumah bagi kekayaan sejarah dan budaya India Selatan.