Microlibrary Bima, terletak di Taman Bima, Jalan Bima, Bandung, adalah permata intelektual dan artistik yang menyatu dengan komunitas lokal. Dibangun pada 2015 dan dirancang oleh SHAU Architects, perpustakaan ini menjadi prototipe bagi serangkaian microlibrary di seluruh Indonesia ruang baca sederhana namun fungsional yang mencuri hati banyak pengunjung.
Keunikan utama terletak pada material fasad: 2.000 ember es krim daur ulang yang tersusun membentuk pola biner kode untuk pesan “buku adalah jendela dunia. Ember-ember tersebut tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga berfungsi sebagai insulator, mengatur pencahayaan alami, dan sirkulasi udara untuk menciptakan iklim dalam ruangan yang nyaman tanpa AC. Di malam hari, cahaya lampu menyinari fasad tembus cahaya ini, membuat microlibrary tampak bagaikan lampion publik.
Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai dasar masih terbuka sebagai aula serbaguna digunakan untuk pertunjukan komunitas, lokakarya, atau diskusi masyarakat . Tangga lebar menuju lantai dua juga berfungsi sebagai ruang duduk terbuka; lapisan betonnya menyatu dengan lingkungan taman, mendorong aktivitas sosial informal.
Di lantai atas, ruang baca inti berada dalam kotak perpustakaan yang melayang gabungan struktur baja dan beton, dengan lantai seluas sekitar 80–160. Rak buku tipe built-in sirkular digabungkan ke dalam struktur kolom, menciptakan pengalaman baca interaktif yang memikat sekaligus fungsional. Cahaya matahari menyaring melalui ember dan bukaan fasad, menciptakan efek pencahayaan yang lembut dan natural.
Microlibrary ini memegang prinsip "filetocraft", di mana desain parametris diterapkan ke kerangka rib baja mudah diproduksi dan dibangun oleh tenaga lokal, bahkan di lingkungan yang tidak memiliki fasilitas produksi canggih. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana desain modern dapat disesuaikan dengan kapasitas lokal sambil tetap menghasilkan struktur yang indah dan berkelanjutan.
Sejak dibuka, Microlibrary Bima telah mendapat berbagai penghargaan prestisius seperti Architizer A+ Award (Project of the Day), Silver LafargeHolcim Awards Asia Pasifik 2017, dan masuk shortlist Aga Khan Award for Architecture 2019. Keberhasilannya menempati panggung global membuktikan bahwa ide sederhana, ketika dirancang dengan tepat, dapat menghasilkan dampak besar.
Lebih dari sekadar bangunan, microlibrary ini menyosialisasikan nilai literasi. Ribuan buku disediakan gratis, dan dipadu dengan openair lounge, WiFi, fasilitas storytelling, bedah buku, serta komunitas diskusi seperti “Bandung Bercerita” . Banyak mahasiswa arsitektur maupun masyarakat luas mengunjunginya untuk studi banding dan belajar.
Secara keseluruhan, keindahan Microlibrary Bima terletak pada harmoni desain dan fungsi: kolaborasi antara estetika upcycling, kenikmatan baca, ikatan komunitas, serta prinsip keberlanjutan. Struktur ini membuktikan bahwa membaca bisa dikemas dalam pengalaman ruang yang inovatif, ekologis, dan inklusif.
Microlibrary Bima bukan hanya perpustakaan; ia adalah simbol bagaimana literasi, komunitas, dan arsitektur berkelanjutan dapat bersatu menjadi inspirasi bagi kota lain di Indonesia untuk membudayakan minat baca lewat kreativitas dan partisipasi masyarakat.
Kesimpulan
Microlibrary Bima di Bandung merupakan contoh nyata bagaimana desain arsitektur yang inovatif, ramah lingkungan, dan berbiaya rendah dapat mendorong semangat literasi dan membangun komunitas. Dengan memanfaatkan material daur ulang seperti ember es krim, perpustakaan ini tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Fungsinya sebagai ruang baca dan ruang publik terbuka menjadikannya pusat aktivitas masyarakat yang inklusif. Keindahannya terletak pada kesederhanaan yang bermakna menggabungkan estetika, fungsi, dan nilai sosial dalam satu ruang. Microlibrary Bima adalah inspirasi nyata bahwa perpustakaan bisa menjadi ruang hidup yang membentuk budaya belajar dan kebersamaan.